5.6.19

Husnudzan (Berbaik Sangka) Kepada ALLAH

Hendaklah Kamu Berbaik Sangka Kepada ALLAH
Berbaik sangka adalah sebuah keniscayaan. Apalagi kepada Allah.
Itulah sebabnya para ulama bersyair.

Man ‘arafa-llah, azala-t-tuhmah. Wa qala kullu fi’lihi bil hikmah.

Barang siapa mengenal Allah, ia akan menghilangkan prasangka kepadaNya, dan berkata setiap perbuatan-Nya pasti mengandung hikmah.

Ini juga yang dilakukan oleh para nabi dan orang-orang besar. 
Nabi Ibrahim dalam surah Al-Syu’ara 78-82 menunjukkan adab kesopanan yang luar biasa, yang pasti berangkat dari baik sangka kepada Tuhannya. 



Beliau mengakui Allah sebagai dzat yang memberi beliau petunjuk, memberi makanan dan minuman, dan menghidupkan dan mematikan. Tetapi ketika menyebutkan perkara sakit. Beliau mengatakan, “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.”

Nabi Ibrahim tentu bukannya tidak tahu bahwa sakit dan sembuh berasal dari Allah. Tapi beliau sedang berbaik sangka dengan berkata “apabila aku sakit” dan bukan “dan Dia yang membuatku sakit.”

Itu juga yang dilakukan Rasulullah ketika beliau diusir dari Thaif dalam kondisi berdarah-darah. Beliau tidak mengutuk takdir. Bahkan beliau berdoa dengan doa yang menyentuh :

in lam yakun bika ‘alayya ghadhab fa la ubali.

Selama Engkau tidak murka kepadaku, aku tiada peduli.

Maka renungkanlah kata hikmah ini:

Seluas baik sangkamu kepadaNya, maka sebesar itulah kemampuanmu menanggung cobaanNya.

Allahu a’lam.
Previous Post
Next Post

0 komentar:

close