18.1.19

Sejarah Kerajaan Majapahit Dari Awal Hingga Keruntuhannya

Kerajaan Majapahit Adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. 
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur; Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Lombok dan Timor, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
 DESKRIPSI 
KETERANGAN
 Nama  Kerajaan Majapahti
 Ibukota 1. Mojokerto (Masa Raden Wijaya
 2. Trowulan (Masa Jayanegara)
 3. Kediri (Masa Girindrawardhana)
 Bahasa Jawa Kuna (utama), Kawi (alternatif),
 Sanskerta
 Agama Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha),
 Kejawen, Animisme
 Bentuk Pemerintahan Monarki
 Mahapahit Gajah Mada (1336-1364)

DAFTAR ISI
1. SEJARAH AWAL KERAJAAN MAJAPAHIT
2. KEHIDUPAN DI KERAJAAN MAJAPAHIT
3. RAJA-RAJA MAJAPAHIT
4. MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT MAJAPAHIT
5. PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT
6. KERUNTUHAN KERAJAAN MAJAPAHIT



SEJARAH AWAL KERAJAAN MAJAPAHIT

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (‘Kitab Raja-raja’) dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh UNESCO. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Tahun 2010 sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan kapal Majapahit atau Spirit of Majapahit yang akan berlayar ke Asia. Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand.

||TOP||


KEHIDUPAN DIKERAJAAN MAJAPAHIT

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit
Ketika dahulu di jaman Kerajaan Majapahit memakai sistem perekonomian yang sangat maju perkembangannya. Walupun rata-rata masyarakat dari Kerajaan Majapahit ini bekerja sebagai petani, akan tetapi ada juga masyarakat dari Kerajaan Majapahit ini yang tidak bertani, dan dia bekerja sebagai pedagang. 

kemajuan perdagangan di Kerajaan Majapahit yang sangat pesat, hingga dijadikan sebagai pusat pertemuan-pertemuan para saudagar-saudagar kaya yang berasal dari Negara India dan Negara China. Pada jaman itu Majapahit meng-ekspor hasil bumi keluar negeri yang berasal dari Jawa yaitu garam, lada, kain-kain dan juga rempah-rempah lainnya. Pada masa itu Majapahit telah mencetak uang logamnya dari berbagai macam campuran bahan seperti tembaga dan perak untuk dijadikan sebagai sarana transaksi.

Kehidupan Kebudayaan Majapahit
Kebudayaan pada masyarakat Majapahit ialah kebudayaan Hindu yang telah masuk pada Agama Budha. Sehingga ketika dimasa kepemerintahannya kerap diadakan sebuah acara kebudayaan seperti acara sebuah pemujaan. Pemujaan-pemujaan yang dilakukan ialah pemujaan Siwa dan Waisnawa kepada Dewa Wisnu. 

Selain dari itu, raja yang memimpin kekuasan kerajaan Majapahit dianggap sebagai jelmaan Budha. Biasanya perenan-peranan tersebut diadakan di Trowulan dan lokasinya di candi-candi. Candi-candi tersebut diantaranya ialah Candi Bajangratu trowulan, Mojokerto dan Candi Tikus. Candi-candi itu telah menggunakan arsitektur yang bagus dengan dilengkapi bahan-bahan bangunan seperti bata, perekat gula, dan menggunakan getah pohon.

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit
Majapahit diadakan berdasarkan kepemerintahan yang berstruktur kerajaan. Adanya penyelenggaraan kepemerintahan itu dibagikan kepada pejabat-pejabat yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan atau bisa disebut juga dengan mengadakan negara.

Diantaranya pejabat-pejabat tersebut ialah:
1. Rkryan Mahamantri Kartini yang biasa dijabat putra-putra raja
2. Rakryan Mantri Ri pakira-kiran adalah dewan menteri yang menjalankan kepemerintahan.
3. Dharmmadhyaksa adalah para pejabat hukum keagaamaan di wilayah Kerajaan Majapahit.
4. Dharmma Upapatti adalah para pejabat-pejabat keagamaan di Majapahit.
Para pejabat-pejabat itu memegang beberapa bagian wilayah dari Kerajaan Majapahit seperti pada wilayah Kembang Jenar, Matahun Pajang, Singhapura, Kelinggapura, Wengker, Jagaraga, Daha, Kabalan, Keling, dan pada wilayah Kahuripan.

||TOP||


RAJA-RAJA KERAJAAN MAJAPAHIT

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
NAMA RAJA
GELAR
TAHUN
 Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana  1293 – 1309 
 Kalagamet Sri Jayanagara  1309 – 1328
 Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi  1328 – 1350
 Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 – 1389
 Wikramawardhana 1389 – 1429
 Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 – 1447
 Kertawijaya Brawijaya I 1447 – 1451
 Rajasawardhana Brawijaya II 1451 – 1453
 Purwawisesa/Girishawardhana  Brawijaya III 1456 – 1466
 Bhre Pandansalas/Suraprabhawa  Brawijaya IV 1466 – 1468
 Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 – 1478
 Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 – 1498
 Patih Udara 1498 – 1518

||TOP||


MASA KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.

Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. 

Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan “bela pati”, bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit.

Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

||TOP||


PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Candi Cetho
Candi Cetho ialah candi yang dialokasi bagi orang yang beraga Hindu peninggalan masa-masa akhir kepemerintahan Majapahit pada abad ke 15. Terdapat sebuah laporan ilmiah pertama tentang candi cheto yang dibangun oleh Van de Vlies pada tahun 1842. A.J. Bernet Kempers juga ikut melakukan penelitian tentangnya, Penggalian pertama kalinya yang dilakukan untuk kepentingan rekonstruksi pada tahun 1928 yang dipimpin oleh Dinas Purbakala dari Hindia Belana.
Berlandaskan kondisinya ketika terjadinya reruntuhan candi tersebut mulai di analisa, ternyata usia dari candi ini tidak berbeda jauh dengan usia candi sukuh. Keberadaan lokasi candi ini adalah bertepatan di Dusun Ceto, Kecamatan Jenawi, Desa Gumeng, Kabupaten Karanganyar, yang mana lokasi dari candi tersebut berada pada ketinggian 1400 MDPL (meter diatas permukaan laut).

Candi Sukuh
Candi sukuh adalah komplek dari candi-candi yang beragama Hindu yang berada di daerah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh ini termasuk didalam kategori sebagai candi yang beragama Hindu karena ditempat itu telah dijumpai obyek pujaan lingga dan yani oleh orang-orang dahulu. 
Candi Sukuh ini tergolong sebagai candi yang sangat polemis, karena bentuk dari candi tersebut tidak biasa saja dan banyak juga obyek-obyek yoni dan lingga yang mewujudkan seksualitas. Candi Sukuh ini sudah sejak lama untuk diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu situs warisan dunia dari tahun 1995.A

Candi Pari
Candi Pari merupakan salah satu sebuah monumen peninggalan sejarah masa-masa klasik negara Indonesia yang letaknya berada didaerah Desa Candi Pari, Kabupaten Sidoarjo, Kecamatan Porong, Jawa Timur Indonesia. 
Keberadaan lokasi candi tersebut berada kurang lebih di sekitar 2 KM kearah barat laut. Ketika pada jaman dahulu kala, diatas gerbang candi itu terdapat sebuah batu serta angka yang mewujudkan angka tahun 1293 (1371 M). Dan juga merupakan salah satu monumen peninggalan dari jaman Kerajaan Majapahit yang mana waktu itu masih pada kepemerintahan Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1350 sampai 1389 Masehi.

Gapura Waringin Lawang Majapahit
Waringin Lawang ini adalah bahasa Jawa dan apabila Waringin Lawang ini diartikan kedalam bahasa Indonesia ini artinya adalah ‘Pintu Beringin’. Gapura besar ini dibuat dari bahan utama batu-bata merah dengan luas lahan 13 x 11 meter dan tinggi dari gapura tersebut sekitar 15,5 meter.
Gapura ini diperkirakan dibangun kurang lebih pada abad ke-14. Gerbang dari bangunan ini biasa disebut seperti candi bentar atau dengan jenis gerbang yang terbelah. Gaya bangunan seperti ini disangka muncul ketika masih pada masa kepemimpinan Majapahit dan pada saat ini banyaknya dijumpai dalam bangunan-bangunan Bali.

Candi Jabung Peninggalan Kuno Majapahit
Lokasi candi hindu terletak di daerah Desa Jabung, Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Paiton, Provinsi Jawa Timur. Bentuk bangunan pada candi tersebut dibuat dari bahan utama batu-bata merah, meskipun candi itu dibuat dari bahan-bahan batu-bata merah tetapi usia kekokohan pada candi tersebut mampu bertahan sampai ratusan tahun. 
Menurut keyakinan, Agama Budaha didalam sebuah kitab yang mana nama dari kitab tersebut adalah Nagarakertagama menjelaskan bahwa Candi Jabung ini merupakan sebuah sebutan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Didalam kitab Nagarakertagama menuliskan bahwa Candi Jabung ini sudah kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada kunjungan ketika beliau sedang keliling ke daerah Jawa Timur pada tahun 1359 M. Namun disebutkan didalam Kitab Pararaton bahwa Sajabung itu ialah merupakan sebuah tempat pemakaman salah seorang anggota keluarga raja. Bentuk bangunan candi ini hampir sama dengan bentuknya Candi Bahal yang ada didaerah Bahal, Provinsi Sumatera Utara.

Candi Brahu Mojokerto
Letak Candi Brahu itu didaerah Dukuh Jambu Mente, Kecamatan Trowulan, Desa Bejijong, Kabupaten Mojokerto. Letak lokasi Candi Brahu ini bertepatan dengan kantor suaka peninggalan purbakala dan sejarah Jawa Timur. 
Sebagian dari orang memiliki pendapat masing-masing bahwa umur Candi Brahu ini lebih tua apabila dibandingkan dengan candi-candi lainnya di Trowulan. Penanaman Brahu ini dikaitkan dengan kata-kata Warahu atau Wanaru yang mana bangunan-bangunan suci yang terdapat di prasasti tembaga yang dapat ditemukan kurang lebih sekitar 45 m dari lokasi Candi Brahu. Batu tulis ini dibuat kurang lebih pada tahun 939 Masehi atau 861 Saka diatas perintah dari sang raja Mpu Sindok yang berasal dari Kerajaan Kahuripan. Konon katanya candi inilah dijadikan sebagai tempat pembakaran raja-raja Brawijaya. Akan tetapi, menurut analisa seseorang yang dikerjakan oleh para ahli tidak menjumpai hasil adanya bekas abu-abu pembakaran jenazah atau mayat, lantaran tembok atau dinding pada candi sekarang ada pada keadaan kosong.

Sastra Majapahit
Apakah kalian mengetahui bahwa ketika di jaman Majapahit aspek sastra memuai dengan sangat cepat sekali. Berbagai macam karya-karya sastra dibuat dan hasil dari karya sastra tersbut dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian jaman Majapahit awal dan jaman Majapahit Akhir. Penasaran dengan karya sastra yang telah dihasilkan di jaman Majapahit, berikut ini akan ada pembahasan dan penjelasan tentang karya sastra Majapahit awal dan karya sastra Majapahit akhir. Yuk, langsung saja simak ulasan dibawah ini.

Karya Sastra Majapahit Awal
Karya sastra majapahit awal yang mana karya sastra tersebut dibuat diawal kerajaan Majapahit, berikut inilah karya-karya sastra peninggalan Majapahit awal.

Kitab Negara Kertagama
Kitab Negara Kertagama ini adalah sebuah kitab yang dikarang oleh Empu Prapanca. Isi dari kitab ini adalah menceritakan tentang kondisi kota Majapahit, perjalanan-perjalanan dan wilayah-wilayah jajahan Hayam Wuruk yang memutari daerah kekuasaannya. Bukan hanya itu saja, didalam sebuah kitab mengatakan bahwa adanya upacara Sradda untuk Putri Gayatri, menyinggung dengan kehidupan, kegamaan, dan kepemerintahan ketika di zaman Majapahit. Sebenarnya Kitab Negara Kertagama ini lebih memiliki nilai yaitu sebagai sumber sejarah budaya daripada menjadi sumber sejarah politik. Karena, tentang raja-raja yang berkuasa dimasa itu hanya dikatakan dengan cara singkat, terutama para raja-raja di Singasari dan Majapahit lengak dengan tahun-tahunnya.

Kitab Arjuna Wijaya
Kitab Arjuna Wijaya ini juga masih termasuk didalam kategori kitab yang di karang oleh Empu Tantular. Isi dari kitab ini adalah menceritakan mengenai seseorang raksasa Kunjarakarna yang mana seorang raksasa itu ingin sekali menjadi manusia. Lalu dia pun menghadap kepada Wairocana dan diizinkan untuk melihat neraka. Karena dia sangat taat atau patuh kepada ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh agama Buddha, dan pada akhirnya apa yang dia inginkan itu pun terkabul.

Kitab Parthayajna
Kitab Prthayajna ialah sebuah kitab yang mana kitab tersebut sampai saat ini belum ada yang mengetahui siapa pengarang atau pencipta kitab tersebut. Isi dari kitab ini ialah mengenai keadaan Pandawa sesudah kalah ketika sedang bermain dadu, dan pada akhir cerita mereka melakukan kegiatan seperti mengembara di hutan-hutan.

Kitab Sotasoma
Kitab Sotasoma ialah sebuah kitab yang juga dikarang oleh Empu Tantular. Kitab ini menceritakan mengenai riwayat hidup Sotasoma, dimana seorang anak raja menjadi pendeta Buddha pada masa itu. Dia siap atau bersedia untuk berkorban atau mengorbankan dirinya untuk mementingkan kepentingan seluruh umat manusia yang mana seorang manusia itu sedang berada didalam kesulitan. Maka dari itu, banyak manusia-manusia yang tertolong karena jasa beliau yang telah mengorbankan dirinya. Didalam kitab ini selain membahas riwayat terdapat juga sebuah ungkapan-ungkapan kata yang berbunyi “Bhinneka Tuggal Ika, TanHana Dharma Mangrawa”, lalu digunakan sebagai motto Negara Indonesia hingga saat ini.

Karya Sastra Majapahit Akhir
Karya Sastra pada saat jaman Majapahit Akhir, Kitab tersebut ditulis didalam buku yang mana tulisan kitab tersebut ditulis dengan menggunakan aksara bahasa Jawa Tengah. Diantara dari banyaknya karya-karya yang diciptakan pada zaman ini diantaranya ditulis dalam sebuah bentuk tembang, dan ada juga karya yang berbentuk seperti gancaran. Berikut dibawah ini adalah peninggalan-peninggalan sastra karya Majapahit akhir, yuk langsung saja kita simak pembahasannya.

Kitab Pararaton
Kitab Pararaton alah kitab yang isinya menceritakan kisah-kisah hidunya seorang raja Majapahit dan seorang raja Singasari. Selain dari itu, didalam kitab Pararaton ini menceritakan mengenai pemberontakan Sora dan Ranggalawe, Jayanegara dan menceitakan peristiwa Bubat.

Kitab Sorandakan
Kitab Sorangakan adalah kitab yang ditulis dalam bentuk kidung, kitab Sorandakan ini menceritakan mengenai pemberonkan Sora kepada Raja Jayanegara yang berada didaerah Lumajang.

Kitab Sudayana
Isi dari kitab sudayana ini adalah menceritakan tentang Peristiwa Bubat, yaitu sebuah agenda penikahan yang lalu berubah menjadi sebuah pertempuran antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran dibawah kepemimpinan seorang raja yang bernama Gajah Mada. Didalam pertempuran tersebut raja yang berasal dari tanah suda ini dengan para pembesar-pembesarnya terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka meinggal dengan cara melakukan bunuh diri.

Kitab Ranggalawe
Mungkin telinga kalian sudah tidak asing lagi ketika mendengar kitab ini. Kitab ini adalah Kitab Ranggalawe, yang mana Kitab Ranggalawe ditulis dalam bentuk kidung dan mencerutakan mengenai pemberontakan Tanggalawe dari Tuban kepada Jayanegara.

Tantu Panggelaran
Tantu Panggelaran dalah sebuah kitab yang mengisahkan tentang pemindahan Gunung Mahameru ke Pulau yang dipindah oleh Dewa Brahma. Dewa Siswa dan Dewa Wisnu. Runtuhan-runtuhan Gunung Semeru yang berada di sepanjang pulau Jawa sudah menjadi Gunung-Gunung di Pulau Jawa.

Kitab Calon Arang
Kitab Calon Arang ini kitab yang didalamnya menceritakan tentang seorang tukang tenun yang mana tukang tenunng itu bernama Calon Arang yang ketika itu beliau hidup di masa kepemerintahan Airlangga. Beliau mempunyai seorang anak yang sangat cantik dan menawan, tetapi tidak ada seseorang pun yang berani mendekatinya. Dengan sendirinya Calon Arang pun terasa terhina dan menyebarluaskan penyakit di seluruh negeri. Atas perintah dari Airlangga beliau bisa dibunuh oleh Empu Bharada.

Kitab Panji Wijayakrama
Kitab Panji Wijayakrama ini ditulis dalam bentuk kidung sama dengan kitab-kitab lainnya, isi dari tulisan di kitab ini yaitu menceritakan sebuah kisah riwayat hidup Raden Wijaya sampai beliau menjadi Raja Majapahit.

Kitab Usana Jawa
Kitab ini adalah kitab yang ditulis dalam bentuk kidung juga, isi dari kitab ini adalah menceritakan tentang penaklukan Pulai Bali oleh Gajah Mada.

Patih Gajah Mada Majapahit
Apabila membicarakan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit tentu saja tidak dapat lepas dari satu tokoh, yakni Gajah Mada. Ia adalah merupakan sesosok patih yang sangat terkenal didalam sejarah kerajaan di Negara Indonesia. Tidak begitu banyak informasi-informasi yang tersedia tentang cerita masa kecil Gajah mada. Hanya terdapat beberapa tulisan menerangkan bahwa Gajah Mada ketika masih kecil berasal dari kalangan rakyat-rakyat jelata. Tokoh utama dalam kerajaan Majapahit ini mengalami peningkatan karir yang mana peningkatan karir tersebut sangat cepat sekali sesudah beliau berhasil menyelamatkan raja kedua Majapahit, Jayanegara dari kisah pemberontakan yang di selenggarakan oleh Ra Kuti kurang lebih sekitar tahun 1319. 
Sesudah kejadian itu, kemudian Gajah Mada langsung diangkat menjadi seorang patih di Kerajaan Majapahit. Ketika Gajah Mada sudah menjabat sebagai patih di kerajaan Majapahit, Gajah Mada sangat sibuk karena terjadinya pemberontakan yang sudah terjadi dimana-mana terutama sesudah meninggalnya Raden Wijaya. Pemberontakan terjadi karena orang-orang bekas istana kerajaan mempunyai keinginan untuk mengambilh alih kekuasaan, ada juga wilayah-wilayah lainnya yang ingin melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Majapahit.

Karena prestasinya yang bagus Gajah Mada sempat diangkat menjadi Patih Kahuripan dan menjadi Patih Doha. Karir militernya semakin menaik dan meninggi ketika masa pemerintahan Trubhuwana Wijayatunggadewi. Beliau diangkat menjadi Patih Majahait sesudah berhasil menyelesaikan pemberontakan di wilayah Sadeng dan Keta. Ketika menjadi sebagai Mahapatih, Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh penjuru Nusantara dalam rangka untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Hasil ekspansi tersebut pun berjalan dengan sempurna dan tidak sia-sia. Gajah Mada mampu mengambil alih kerajaan penting seperti halnya Kerajaan Pejeng di daerah Bali, dan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Malayu.

Puncak-puncaknya karir Gajah Mada terjadi ketika sedang berada di pemerintahan Hayam Wuruk. Beliau diangkat menjadi Patih Amangkubumi. Sosok Gajah Mada di Kerajaan Majapahit ini seolah-olah tidak akan bisa digantikan lagi oleh siapapun. Mengingat peran dari Gajah Mada yang begitu esensial dalam sistem-sistem pemerintahan. Pada masa ini juga sebuah janji yang sakral mulai dikenal oleh masyarakat-masyarakat, yakni Sumpah Palapa. Sumpah Palapa dinyatakan pada tahun 1336 Masehi atau kurang lebih pada tahun 1258 Saka, tepat sesudah beliau diangkat menjadi Patih Amangkubumi.

||TOP||


KERUNTUHAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. 

Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.[27] Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Raden Patah yang saat itu adalah adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan Ngudung, tetapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.

Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518, Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak di bawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota diPajajaran dibagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
Previous Post
Next Post

0 komentar:

close