24.1.19

Mari Sejarah Awal, Masa Kejayaan Hingga Masa Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. 
sumber gambar : wikipedia
Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

DESKRIPSI
DESKRIPSI
 Nama Kerajaan Tarumenegara
 Ibukota Sundapura (dekat Tugu & Bekasi)
 Bahasa Sunda Sanksekerta
 Agama Hindu, Buddha, Sunda Wiwitan
 Bentuk Pemerintahan  Monarki
 Sejarah Didirikan 1.Didirikan Th358
 2.Serbuan Sriwijaya Pada Th690
 Pendahulu Salakanagara
 Pengganti Kerajaan Sunda

DAFTAR ISI
1. AWAL KERAJAAN TARUMANEGARA
2. RAJA RAJA KERAJAAN TARUMANEGARA
3. MASA KEJAYAAN KERAJAAN TARUMANEGARA
4. PRASASTI YANG DITEMUKAN
5. NASKAH WANGSAKERTA
6. RUNTUHNYA KERAJAAN TARUMANEGARA



AWAL KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Kerajaan ini adalah kelanjutan sejarah Kerajaan Salakanegara yang berdiri antara tahun 130 M sampai 362 M. Pada saat Kerajaan Tarumanegara berdiri diawali dengan pemindahan ibukota negara dari Salakanegara ke Tarumanegara. Sedangkan Salakanegara menjadi kerajaan daerah dibawah Kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara terletak di daerah Salakanegara. Lebih detailnya berada di daerah Banten dan Bogor. Ibukotanya Sundapura. Menurut prasasti Tugu pada tahun 417 M daerah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman.

Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan dia memerintah sampai tahun 382 M.

Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

||TOP||


RAJA RAJA KERAJAAN TARUMANEGARA

1.Jayasingawarman
Jayasingawarman berkuasa dari tahun 358 sampai 382 M. Beliau adalah salah satu dari pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasingawarman adalah seorang maharesi dari India. Tepatnya Salankayana yang mengungsi ke nusantara yang daerahnya diserang dan ditaklukkan Kerajaan Magada yang dipimpin oleh Maharaja Samudragupta. Dirinya wafat dan dimakamkan di tepi sungai di bekasi tepatnya kali Gomati. Pada saat Jayasingawarman berkuasa beliau memindahkan pusat kerajaan dari Rajatapura ke Tarumanegara. Rajatapura adalah nama lain dari Salankayana atau Kota Perak.

2.Darmayawarman
Darmayawarman adalah anak dari Jayasingawarman yang menggantikan ayahnya. Beliau naik tahta pada tahun 382 M sampai 395 M. Tidak banyak catatan sejarah yang bisa didaptkan tentang Raja kedua Kerajaan Tarumanegara. Namanya hanya tercantum di Naskah Wangsakerta.

3.Purnawarman
Raja Purnawarman adalah raja yang terkenal di Kerjaan Tarumanegara. Namanya banyak tertulis di Prasasti pada abad ke-5. Namanya tertulis juga di Naskah Wangsakerta dan ditulis dirinya memerintah dari tahun 395 M sampai 434 M.

Raja Purnawarman yang memindahkan ibukota kerajaan pada tahun397 M ke Sundapura. Inilah awal nama Sunda tercipta. Beliau menamakan ibukota Kerajaannya dengan Sunda unntuk menyebut ibukota kerajaannya sendiri.

Berkat Raja Purnawarman kekuasaan Kerajaan Tarumanegara menjadi besar karena menguasai 48 kerajaan kecil dibawah kekuasaannya. Kekuasaannya membentang dari Salakanegara atau Rajapura yang diperkirakan berada di daerah Teluk Lada, Pandeglang sampai Purbalingga, Jawa Tengah. Batas Kerajaan Tarumanegara dulunya dianggap sampai Kali Brebes.

Setelah Kekuasaan Maharaja Purnawarman ada beberapa nama raja lain yaitu Wisnuwarman yang berkuasa pada tahun 434 M sampai 455 M. Kemudia digantikan anak beliau Indrawarman pada tahun 455 M sampai 515 M. Kemudian Maharaja Candrawarman pada tahun 515 M -535 M lalu dilanjutkan Suryawarman pada tahun 535 M dan berakhir pada 561 M.

4.Suryawarman
Suryawarman adalah raja Kerajaan tarumanegara yang ketujuh. Setelah ayahnya Maharaja Candrawarman meninggal. Beliau memerintah selama 26 tahun.

Suryawarman memiliki kebijakan yang berbeda dibandingkan ayahnya, raja terdahulu. Dulu Raja Candrawrman memberikan otonomi kepada raja-raja didaerah untuk mengurus kerajaannya sendiri. Tetapi Suryawarman mengalihkan pikirannya untuk perkembangan bagian timu kerajaan. Hal itu ditunjukkan dengan didirikannya kerjaan oleh menantunya yaitu Manikmaya sebuah kerajaan di Kendan. Daerah Bandung dan Limbangan Garut.

Daerah timur saat itu berkembang sangat pesat dikarenakan didirikannya Kerajaan Galuh oleh cicit Manikmaya pada tahun 612 M.

Setelah Suryawarman raja-raja Kerajaan Tarumanegara berturut-turut adalah Kertawarman (561-628 M), Sudhawarman (628-639 M), Hariwangsawarman (639-640 M) Nagajayawarman (640-666 M)

5.Linggawarman
Raja Linggawarman adalah raja terakhir Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman berkuasa dari tahun 666 M sampai 669 M. Saat itu Raja Linggawarman tidak mempunyai putera. Dia hanya mempunyai dua orang puteri. Puteri sulung bernama Manasih.

Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kelak menggantikan Linggawarman menjadi raja. Puteri bungsu bernama Sobakancana yang menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang kelak menjadi pendiri kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya.

||TOP||


MASA KEJAYAAN KERAJAAN TARUMANEGARA

Tak butuh waktu lama, Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan atau masa keemasan hanya sekitar 3 generasi dari awal pembentukannya. Ya, Kerajaan Tarumanegara berhasil mencapai masa kejayaan pada kepemimpinan raja ketiga, Purnawarman, cucu dari Rajadirajaguru Jayasingawarman.

Pada masa kejayaannya itu, Tarumanegara mengalami perkembangan pesat. Selain dengan memperluas wilayah kerajaan melalui perluasan ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun banyak sekali infrastruktur yang mendukung perekonomian kerajaan.

Adapun salah satunya yaitu sungai Gomati dan Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk mencegah terjadinya banjir ketika animo hujan, juga berperan penting dalam pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu pencetus kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara.

Masa kepemimpinan Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara selain itu juga alasannya kemampuan kerajaan yang bisa berkurban 1000 ekor sapi ketika pembangunan ke dua sungai itu.

||TOP||


PRASASTI YANG DITEMUKAN

Walaupun hanya sedikit yang dapat diketahu tentang Kerajaan Tarumanegara, tetapi banyak peninggalan-peninggalan Kerajaan ini yang bisa disaksikan sampai sekarang. Sumber-sumber sejarah dari dalam negeri adalah penemuan prasasti diberbagai tempat yang diperkirakan wilayah Kerajaan Tarumanegara. Dari luar negeri catatan sumber Kerajaan Tarumanegara berasal dari catatan negeri cina.

1.Prasasti Kebon Kopi
Dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
Prasasti Kebon Kopi
2.Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta.
Prasasti Tugu
Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

3.Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul
Ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul
4.Prasasti Ciaruteun,ditemukan pada aliran Ci Aruteun
Seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
    “Vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam.”

    Terjemahannya menurut Vogel:

    “Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.”

    Selain itu, ada pula gambar sepasang “padatala” (telapak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti “tanda tangan” pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya.
    Prasasti Ciaruteun
    Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama “Rajamandala” (raja daerah) Pasir Muhara.

    5.Prasasti Muara Cianten,Di Bogor.

    Prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :

    “Ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda”

    Terjemahannya menurut Bosch:

    “Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.”

    Karena angka tahunnya bercorak “sangkala” yang mengikuti ketentuan “angkanam vamato gatih” (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi. Ciampea, Bogor.
    Prasasti Muara Cianten
    6.Prasasti Jambu,Di daerah Bogor. Masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang.
    Prasasti Jambu
    Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:

    “Shriman data kertajnyo narapatir – asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam – padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam – bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.”

    Terjemahannya menurut Vogel:

    “Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.” Nanggung, Bogor.

    7.Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor.
    Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

    Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah “kota pelabuhan sungai” yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
    Prasasti Pasir Awi
    Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.

    ||TOP||


    NASKAH WANGSAKERTA

    Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah.

    Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.

    Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura—pertama kalinya nama “Sunda” digunakan.

    Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 – 561 M) Raja Tarumanagara ke-7.

    Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

    Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?

    Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda.

    Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 – 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

    Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain.

    Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII).

    Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

    Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur.

    Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

    Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

    Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.

    ||TOP||


    RUNTUHNYA KERAJAAN TARUMANEGARA

    Keruntuhan Kerajaan tarumanegara jarang diketahui. Bahkan dalam berbagai prasasti hanya menyebutkan nama Maharaja Purnawarman. Hal yang paling memungkinkan adalah ketika Raja Linggawarman turun tahta. Beliau digantikan oleh menantunya Tarusbawa.

    Tarusbawa yang saat itu naik tahta ketika pamor Kerajaan Tarumanegara sudag turun berniat untuk membangkitkan nama besar kerajaan mertuanya. Namun Langkah yang diambil justru menghilangkan Kerajaan Tarumanegara.

    Dalam tahun 670 M. Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa itu membuat Wretikandayun, cicit Manikmaya yang saat itu menjadi Raja Kerajaan Galuh memisahkan negaranya dari Tarusbawa.

    Pemisahan ini juga mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga. Karena saat itu putera mahkota Kerajaan Galuh Sanna menikah dengan Sanaha Puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga, Jepara Jawa Tengah.

    Dukungan tersebut membuat Wretikandayun meminta untuk wilayah Kerajaan Tarumanegara dibagi dua. Karena ingin menghindari perang saudara, maka Raja Tarusbawa memecah wilayah Kerajaan Tarumanegara menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan wilayah Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batasnya.

    Jadi disimpulkan Kerajaan Tarumanegara hanya memiliki 12 Raja sampai Kerajaan Tarumanegara berubah menjadi Kerajaan Sunda.

    ||TOP||

    Previous Post
    Next Post

    0 komentar:

    close