23.1.19

Mari Belajar Sejarah Samudra Pasai

Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
1267–1521 Samudera Pasai (sumber : wikipedia)
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan ihsan Portugal pada tahun 1521.

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai yang lain yaitu ditemukannya koin dari bahan emas dan perak dengan tercantum nama rajanya. Selain itu, sumber keberadaan Kerajaan Samudra pasai juga tercantum di dalam kitab Rihlah Ila I Masyriq karya dari Abu Abdullah Ibn Batuthah pada tahun 1304-1368. 

Kitab tersebut merupakan kisah orang-orang atau para pedagang yang pergi mengembara ke arah timur dan menuju Nusantara. Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diperkuat dari catatan sejarawan Maroko bernama Ibn Batutah. Dalam catatannya, Samudra Pasai digunakan sebagai sebagai pusat studi Islam. Ia menyebut Samudra sebagai “sumutrah” dan kemudian sekarang menjadi Sumatra.

DESKRIPSI
KETERANGAN
 Nama Kerajaan Samudra Pasai
 Ibukota Pasai
 Agama Islam
 Bahasa Melayu
 Bentuk Pemerintahan  Monarki
 Didirikan 1267
 Invasi Portugis 1521
 Mata Uang Koin Emas dan Koin Perak 

DAFTAR ISI
1. PEMBENTUKAN AWAL
2. SUMBER SEJARAH KERAJAAN SAMUDRA PASAI
3. RELASI DAN PERSAINGAN
4. PEMERINTAHAN
5. KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN SAMUDRA PASAI
6. MASA KEJAYAAN
7. RAJA RAJA KERAJAAN SAMUDRA PASAI
8. PENINGGALAN KERAJAAN SAMUDRA PASAI
9. RUNTUHNYA KERAJAAN SAMUDRA PASAI



PEMBENTUKAN AWAL

Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser. Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1267 M.

Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).

Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam.

Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi’i.

||TOP||


SUMBER SEJARAH KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Ada beberapa sumber sejarah yang dapat menjadi patokan kita untuk mengetahui tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Semua sumber sejarah yang ditemukan merupakan hasil dari riset seorang sejarawan yang mungkin ingin menelusuri tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai.

Berikut ini sumber sejarah yang terkait kerajaan tersebut:
  • Kronik Dinasti Yin, dari kronik tersebut kita dapat mengetahui bahwa utusan Kerajaan Samudra pasai telah berkunjung ke Cina.
  • Catatan Marco Polo tahun 1292, dalam catatan tersebut ia mengatakan bahwa di Sumatra terdapat beberapa wilayah yaitu Basma, Lamuri, dan Fansur. Memang Marcopolo tidak menyebutkan Samudra Pasai, tetapi ia menyebutkan Basma yang letaknya tidak jauh dari Pasai. Ia juga mengunjungi Perlak.
  • Catatan Ibn Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan tempat para ulama Islam berkumpul.
  • Utusan Kaisar Cina, ia mengirim 3 utusan-nya yakni pada tahun 1403, 1414, dan 1430.

||TOP||


RELASI DAN PERSAINGAN

Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam kronik Cina ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.

Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide.

Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Cina, Lonceng Cakra Donya. Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan berita tersebut.

||TOP||


PEMERINTAHAN

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya.

Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.

Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai.

Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.

||TOP||


KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut agama Islam.

Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-nya, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai pernah di pindah ke wilayah Lhokseumawe.

Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat. Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang dimiliki samudra pasai sangat mumpuni dan kuat.

Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Banda Aceh Darussalam. Itulah sedikit rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.

||TOP||


MASA KEJAYAAN

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.

Dalam catatan Ibn Batutah, ia menjelaskan bahwa berhasil mendarat di tempat yang sangat subur. Kondisi perdagangan di daerah ini sangat maju, ditandai dengan digunakannya mata uang dari bahan emas. Daerah ini merupakan pusat ibu kota dari Kerajaan Samudra Pasai.

Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir, kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan Internasional. Kondisi Pelabuhan dipenuhi dengan para pedagang dari berbagai penjuru dunia seperti Asia, Eropa, Cina bahkan Afrika. Kejayaan Samudra Pasai diperoleh dari hasil penggabungan beberapa kerajaan kecil di sekitar daerah tersebut.

Beliau memimpin kerajaan dalam kurun waktu 1297 sampai 1326 Masehi. Tercatat selama abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8ribu sampai 10ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman. Kemajuan juga ditandai dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayarannya.

Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan , seperti beras ditukar dengan lada. Selain sebagai pusat perdagangan seperti yang sudah dijelaskan di atas, Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di Nusantara.

||TOP||


RAJA RAJA KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Beberapa Raja Kerajaan Samudra Pasai sudah dijelaskan di atas. berikut ini akan disajikan mengenai raja-raja kerajaan tersebut secara lengkap. Sebagai berikut :
  1. Sultan Malik as-Saleh pada tahun 1267 – 1297
  2. Sultan Al-Malik at Tahir I / Muhammad I pada tahun 1297 – 1326
  3. Sultan Ahmad I pada tahun 1326 – 133?
  4. Sultan Al-Malik at Tahir II pada tahun 133? – 1349
  5. Sultan Zainal Abidin I pada tahun 1349 – 1406
  6. Ratu Nahrasyiyah pada tahun1406 – 1428
  7. Sultan Zainal Abidin pada tahun II 1428 – 1438
  8. Sultan Salahuddin pada tahun 1438 – 1462
  9. Sultan Ahmad II pada tahun 1462 – 1464
  10. Sultan Abu Zaid Ahmad III pada tahun 1464 – 1466
  11. Sultan Ahmad IV pada tahun 1466 – 1466
  12. Sultan Mahmud pada tahun 1466 – 1468
  13. Sultan Zainal Abidin III pada tahun 1468 – 1474
  14. Sultan Muhammad Syah II pada tahun 1474 – 1495
  15. Sultan Al-Kamil pada tahun 1495 – 1495
  16. Sultan Adlullah pada tahun 1495 – 1506
  17. Sultan Muhammad Syah III pada tahun 1506 – 1507
  18. Sultan Abdullah pada tahun 1507 – 1509
  19. Sultan Ahmad V pada tahun 1509 – 1514
  20. Sultan Zainal Abidin IV pada tahun 1514 – 1517

||TOP||


PENINGGALAN KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Seperti kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Samudra Pasai juga memiliki beberapa peninggalan sejarah sebagai per-tanda keberadaan kerajaan tersebut. Lokasi peninggalan-peninggalan sejarah tersebut tentunya kebanyakan berada di Sumatera Utara, peninggalan tersebut dapat kita jumpai langsung disana. Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Samudra Pasai :

1.Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam.
Stempel Kerajaan Samudra Pasai
2.Cakra Donya
Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini dibuat negeri Cina pada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm dan lebarnya 75cm.
Cakra Donya

3.Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Surat ini merupakan tulisan dari Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada Kapitan Moran.
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

4.Makam
Ditemukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja lainnya.
Makam Sultan Malik Al Saleh

||TOP||


RUNTUHNYA KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut.

Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Runtuhnya kerajaan Samudra Pasai disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.Karena serangan dari Gajah Mada / patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1339, serangan tersebut merupakan sebuah langkah yang dilakukan dengan tujuan menyatukan Nusantara, tetapi akhirnya gagal.

2.Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Tahir.
Berdirinya Bandar di Selat Malaka yang lokasi dan letaknya lebih vital dan strategis

3.Adanya serangan dari bangsa Portugis.

||TOP||

Previous Post
Next Post

0 komentar:

close