1.1.19

Mari Belajar Sejarah Awal Sampai Pada Akhir Keruntuhan Kerajaan Wangsa Isyana

Wangsa Isyana merupakan sebuah dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada abad ke-10 sampai awal abad ke-11. Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang (929–947).

Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota Wangsa Sanjaya.

Nama : Kerajaan Wangsa Isyana
Ibukota : Medang
Agama : Hindu
Bentuk Pemerintahan : Kerajaan
Raja :
1. Mpu Sindok alias Maharaja Isyana
2. Sri Isyanatunggawijaya
3. Makutawangsawardhana
4. Dharmawangsa Teguh
5. Airlangga


Kerajaan Medang di Jawa Tengah hancur akibat letusan Gunung Merapi menurut teori van Bammelen. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh. Kedua istana baru itu terletak di daerah Jombang sekarang.Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang ke timur, namun ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.

Namun ada juga pendapat yang menolak keberadaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh Prof. Poerbatjaraka, Pusponegoro, dan Notosutanto. Menurut versi ini, dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti saja, yaitu Wangsa Syailendra, yang semula beragama Hindu. Kemudian muncul Wangsa Syailendra terpecah dengan munculnya anggota yang beragama Buddha. Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa Mpu Sindok adalah anggota Wangsa Syailendra yang beragama Hindu Siwa, dan yang memindahkan istana Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

DAFTAR ISI
1. SEJARAH AWAL KERAJAAN WANGSA ISYANA
2. RAJA RAJA KERAJAAN WANGSA ISYANA
3. KEHIDUPAN DI MEDANG
4. KEJAYAAN KERAJAAN WANGSA ISYANA
5. PENINGGALAN KERAJAAN WANGSA ISYANA
6. KERUNTUHAN KERAJAAN WANGSA ISYANA


SEJARAH AWAL KERAJAAN WANGSA ISYANA

Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang (929–947). Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. 

Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota Wangsa Sanjaya.Kerajaan Medang di Jawa Tengah hancur akibat letusan Gunung Merapi menurut teori van Bammelen. 

Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh. Kedua istana baru itu terletak di daerah Jombang sekarang.Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang ke timur, namun ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana. 

Namun ada juga pendapat yang menolak keberadaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh Prof. Poerbatjaraka, Pusponegoro, dan Notosutanto. Menurut versi ini, dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti saja, yaitu Wangsa Syailendra, yang semula beragama Hindu. Kemudian muncul Wangsa Syailendra terpecah dengan munculnya anggota yang beragama Buddha. Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa Mpu Sindok adalah anggota Wangsa Syailendra yang beragama Hindu Siwa, dan yang memindahkan istana Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

RAJA-RAJA KERAJAAN WANGSA ISYANA

Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu Sindok. Prasasti inilah yang melahirkan pendapat tentang munculnya sebuah dinasti baru sebagai kelanjutan Wangsa Sanjaya. Cikal bakal Wangsa Isyana tentu saja ditempati oleh Mpu Sindok alias Maharaja Isyana. 
Wangsa Isyana
Ia memiliki putri bernama Sri Isyanatunggawijaya yang menikah dengan pangeran Bali bernama Sri Lokapala. Dari perkawinan itu lahir Makutawangsawardhana, yang kemudian memiliki putri bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga. Ayah dari Airlangga adalah Udayana Warmadewa raja Bali. Dalam beberapa prasasti, nama Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni disebut lebih dulu sebelum suaminya. Hal ini menunjukkan seolah-olah kedudukan Mahendradatta lebih tinggi daripada Udayana. Mungkin saat itu Bali merupakan negeri bawahan Jawa. 
Garuda Mukti
Penaklukan Bali diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan Dyah Balitung (sekitar tahun 890–900–an). Prasasti Pucangan juga menyebutkan seorang raja bernama Dharmawangsa Teguh, mertua sekaligus kerabat Airlangga. Para sejarawan cenderung sepakat bahwa Dharmawangsa adalah putra Makutawangsawardhana. Pendapat ini diperkuat oleh prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa dengan nama Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa. Dengan demikian, Dharmawangsa dapat dipastikan sebagai keturunan Mpu Sindok, meskipun prasasti Pucangan tidak menyebutnya dengan pasti.

KEHIDUPAN DI MEDANG

Kehidupan Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha usaha yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untukmeningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir.

Sementaraitu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karyasastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

Kehidupan Sosial-Budaya
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya.

Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga,sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang merekamiliki. Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
  1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
  2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman matibagi perampok.
  3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memujapara dewa.

Agama Dan Kebudayaan
Agama yang berkembang pada masa pemerintahan airlangga adalah agama hindu waisnawa. Hal ini Nampak pada candi belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda.Untuk mengenang jerih payah airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-poranda disusunlah kitab arjuna wiwaha oleh mpu kanwa 1030. Inilah hasil sastrazaman airlangga yang sampai pada kita. Sementara airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan sebuah pertapaan bagianaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan).

KEJAYAAN KERAJAAN WANGSA ISYANA

Kerajaan Medang mengalami perkembangan pesat di bawah pimpinan raja Dharmawangsa. Raja keempat Wangsa Isyana ini berhasil menciptakan keamanan, membangun kekuatan militer yang tangguh dan membangun koalisi dengan kerajaan lain, salah satunya Kerajaan Bedhahulu di Pulau Bali yang dipimpin Raja Udayana. 

Koalisi ini juga diikat oleh tali perkawinan antara Raja Udayana dengan adik Raja Dharmawangsa, yaitu Mahendrata. Dengan kekuatan pasukan dan koalisinya, Kerajaan Medang melakukan penyerangan terus-menerus ke Wangsa Syailendra sampai kekuatan dari Kerajaan Sriwijaya ini terusir kembali ke pusat Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Dharmawangsa juga membangun pasukan laut, sehingga membuatnya mampu  melakukan ekspansi ke pulau lain, termasuk menyerang Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera, meskipun gagal menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.

PENINGGALAN KERAJAAN WANGSA ISYANA

  1. Candi Lor (Anjuk Ladang),terletak di Brebek.
    Nganjuk.Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan area Anjuk Ladang (sekarang disebut Nganjuk) sebagai area swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.
    Candi Lor
  2. Candi Gunung Gangsir, terletak di di Bangil.
    Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai candi yang konon dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abat ke-11 M. Candi Gunung Gangsir dibangun menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit.
    Candi Gunung Gangsir
  3. Candi Songgoroti, terletak di Batu MalangCandi songgoroti adalah satu-satunya peninggalan Mpu Sindok di Kota Batu. Menurut sejarahnya, kisah Candi Songgoriti ini berawal dari keinginan Mpu Sindok yang ingin membangun tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. 
    Seorang petinggi kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Mpu Sindok untuk membangun tempat tersebut. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja, Mpu Supo mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan.
    Candi Songgoroti
  4. Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlinggacandi Belahan adalah sebuah pemandian bersejarah dari abad ke 11, di masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Menurut sejarah, selain sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga di fungsikan sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dibangunlah 2 patung permaisuri Prabu Airlanga, yaitu Dewei Laksmi dan Dewi Sri. Pada dua patung tersebut, mengalir aliran air dari bentuk Payudara patung, dan karenanya petirtaan ini terkadang di sebut sebagai Sumber Tetek.
    Candi Belahan
  5. Pertapaan Pucangan, terletak di Gunung PenanggunganPrasasti Pucangan merupakan sebuah prasasti yang berbahasa sansekerta dan Jawa Kuno, merupakan prasasti peninggalan zaman pemerintahan Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan. Prasasti ini disebut juga dengan Calcutta Stone, karena sekarang prasasti ini disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta), India.
    Pertapaan Pucangan

KERUNTUHAN KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Medang mencapai puncak kejayaan pada tahun 1006, dengan menjadi kerajaan terkuat di Pulau Jawa. Keluarga Wangsa Isyana memperkuat koalisi dan kekerabatan dengan Kerajaan Bedhahulu melalui pernikahan putri Dharmawangsa dengan putra Raja Udayana, yaitu Erlangga. Pesta perkawinan diadakan di Istana Wwatan. Tapi pesta perkawinan Putri Kerajaan Medang dan Putra Mahkota Kerajaan Bali ini berujung duka. Di saat keluarga kerajaan larut dalam sukacita pesta pernikahan, istana Kerajaan Medang diserang oleh pasukan Kerajaan Lawram yang dipimpin raja Aji Wurawari, yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya.

Kejayaan Kerajaan Medang Wangsa Isyana berakhir tragis dan Raja Dharmawangsa tewas di istana. Kejayaan Kerajaan Medang pun berakhir. Erlangga dan istrinya berhasil meloloskan diri bersama gurunya yang bernama Narotama. Mereka menyelamatkan diri wilayah hutan di gunung (wana giri), termasuk Gunung Lawu, dan daerah lain, termasuk Jombang. Setelah dalam pelarian selama 3 tahun, Erlangga menyatukan keluarga dan pendukung Kerajaan Medang yang tersisa. Erlangga kemudian membangkitkan kembali Wangsa Isyana dengan membangun istana daerah dekat lereng Gunung Penanggungan yang dikenal sebagai istana Watan Mas. Hanya saja kerajaan yang dibangun oleh Erlangga ini lebih dikenal sebagai Kerajaan Kahuripan.


Previous Post
Next Post

0 komentar:

close