17.12.18

Mari Belajar Sejarah Monumen Pancasila Sakti Atas Gagasan Presiden Ke-2 Indonesia, Soeharto

Monumen Pancasila Sakti Atas Gagasan Presiden Ke-2 Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.

DAFTAR ISI
Monumen Pancasila Sakti dalam tahap Renovasi
1. Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti
2.Kompleks Monumen
3.Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)
4.Sumur Maut
5.Rumah Penyiksaan
7.Pos Komando
8.Dapur Umum
9.Museum Paseban

Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam tragedi pada tanggal 30 September 1965 malam dan 1 Oktober 1965 dini hari. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.

Para Pahlawan Revolusi tersebut adalah:

1. Jenderal (anm.) Ahmad Yani | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
2. Letnan Jenderal (anm.) R. Suprapto | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
3. Letnan Jenderal (anm.) M.T. Haryono | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
4. Letnan Jenderal (anm.) S. Parman | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
5. Mayor Jenderal (anm.) D.I. Pandjaitan | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
6. Mayor Jenderal (anm.) Sutoyo Siswomiharjo | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
7. Kapten (anm.) Pierre Tendean | 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
8. AIPDA (anm.) Karel Satsuit Tubun | 5 Oktober 1965 Keppres No. 114/KOTI/1965
9. Brigadir Jenderal (anm.) Katamso Darmokusumo | 19 Oktober 1965 Keppres No. 118/KOTI/1965
10. Kolonel (anm.) Sugiono | 19 Oktober 1965 Keppres No. 118/KOTI/1965

Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Monumen yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur ini, berisikan bermacam-macam hal dari masa pemberontakan G30S - PKI, seperti pakaian asli para Pahlawan Revolusi.

Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti

Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.

Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S. Sumur tua itu berdiameter 75 Cm.

Kompleks Monumen

Monumen ini berdiri di atas lahan seluas 9 Hektar dan tediri dari beberapa tempat yang bersejarah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), Sumur Tua tempat membuang jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan Pahlawan Revolusi dan Museum Paseban.


Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)

Museum Pengkhianatan PKI menceritakan sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar Negara Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September (G-30-S/PKI), 
diawal pintu masuk kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan PKI, Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan beberapa diorama yang menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah di Indonesia.


Sumur Maut

Sumur Tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi:
1. Jend. Anumerta Ahmad Yani 
2. Mayjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan
3. Letjen. Anumerta M.T. Haryono
4. Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean
5. Letjen. Anumerta Siswandono Parman
6. Letjen. Anumerta Suprapto
7. Mayjen. Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

    Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua yang sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah Lubang Buaya , dekat lapangan terbang Halim Perdanakusumah, Jakarta. Sedangkan jenazah Brigjen Katamso Dharmakusumo dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, gugur pula AIP II Brimob Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jend. A.H: Nasution.

    Rumah Penyiksaan

    Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme di Indonesia, mereka disiksa seblum akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan 7 pahlawan Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan PKI, dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam para Pahlawan Revolusi.

    Pos Komando

    Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tempat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letkol Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7(tujuh) Pahlawan Revolusi, di dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti :
    3 buah Petromaks, Mesin Jahit, dan Lemari Kaca.
    Dapur Umum

    Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI sebagai Dapur Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karena itu Ibu Amroh yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan diperintahkan oleh para anggota PKI untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi saat kembali ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan, hampir semua benda di rumah tersebut menghilang.


    Museum Paseban

    Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen Pahlawan Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Windu Hari Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan ini terdapat beberapa diorama (Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan) sebagai berikut:

    Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
    Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
    Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
    Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
    Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
    Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
    Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
    Pelantikan Jend. Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
    Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
    Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G-30-S-PKI dalam bulan September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto ke 7 Pahlawan Revolusi, yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya.

    Dan adanya Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika mereka di culik, di siksa, sampai akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.

    Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini kurang lebih 30 menit.

    Dan terdapat Ruang pameran Foto yang menyajikan foto-foto pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
    Previous Post
    Next Post

    0 komentar:

    close